Hallo!! Kembali lagi bersama saya Aulia Rizky Maharani Siswandi. Disini saya mau membahas tentang Kota Palangkaraya. Saya disini berasal dari Palangkaraya. Ada yang tau dimana
Palangkaraya? Mungkin banyak juga yang belum tau hehe. Palangkaraya terletak di
Provinsi Kalimantan tepatnya di Kalimantan Tengah,Indonesia. Palangkaraya
berdiri sejak tahun 1957 dengan semboyan “Isen Mulang” yakni Semangat Pantang
Mundur. Palangkaraya sendiri memiliki luas wilayah 2.400 km2 Dan berpenduduk sebanyak
220.962 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 92.067 jiwa tiap km2 (Hasil
Sensus Penduduk Indonesia Tahun 2010). Palangkaraya juga punya nama/istilah
lain yang keren Lo guys. Nama/istilah itu adalah “Kota Cantik”. Kenapa bisa
disebut “Kota Cantik”? Itu adalah akronim dari kata terenCana, kata Aman, kata
Nyaman, kata Tertib, kata Indah, dan diakhiri dengan kata Keterbukaan. Tidak
seperti kota-kota lainnya di Indonesia, mungkin kita mengenal kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Palembang dll. Atau mungkin yang dekat dengan
Palangkaraya seperti Banjarmasin, Samarinda dll. Kita mengenal kota-kota
tersebut sebagai kota yang ramai dan macet. Tapi, tidak di Palangkaraya yang
jauh dari kata “macet” jadi tidak ada alasan untuk masyarakat nya yang terlambat.
Walaupun jauh dari kata “macet” bukan berarti Palangkaraya adalah kota yang
sepi.
Disini saya akan membahas tentang wisata, budaya- budaya yang ada di palangkaraya, dari upacara adat, pakai tradisonal, kuliner, dan masih banyak lagi. Jadi disimak ya kawan hehe.
Disini saya akan membahas tentang wisata, budaya- budaya yang ada di palangkaraya, dari upacara adat, pakai tradisonal, kuliner, dan masih banyak lagi. Jadi disimak ya kawan hehe.
WISATA
Apa yang terkenal di Palangkaraya? Sebenarnya banyak sekali yang terkenal di Palangkaraya. Disini saya akan menceritakan 10 tempat wisata yang dapat dikunjungi di Kota Cantik Palangkaraya.
1. TAMAN NASIONAL SEBANGAU
Taman Nasional Sebangau adalah salah satu hutan rawa gambut yang masih tersisa di Kalimantan. Hutan tersebut juga dikenal dengan ekosistem khusus air hitam. Ekosistem ini merupakan ekosistem yang berasal dari bahan-bahan organik membusuk di rawa gambut yang mengakibatkan air menghitam dan berbagai organisme unik hidup mendiaminya.
Luasnya sekitar 568.700 hektar dan menjadi rumah bagi 6 ribu orangutan. Selain menjadi rumah untuk orangutan, Taman Nasional Sebangau juga menjadi habitat untuk 25 jenis mamalia, 116 jenis burung borneo, 36 jenis ikan, serta sekitar 166 jenis flora. Jadi, selain bisa menikmati suasana yang sejuk, kamu juga bisa mengabadikan berbagai jenis makhluk hidup yang mungkin nggak pernah kamu temui.
2. DANAU TAHAI
Ada dua sumber yang menjelaskan tentang terbentuknya Danau Tahai. Yang pertama, Danau Tahai terbentuk karena genangan air di lokasi penambangan pasir. Yang kedua, Danau Tahai terbentuk karena terjadi perubahan aliran Sungai Kahayan, sehingga terbentuk genangan air yang nggak mengikuti aliran sungai itu lagi.
Danau Tahai termasuk danau dataran danau dan di sekitarnya terdapat hutan gambut yang sangat lebat. Di sana juga banyak jembatan kayu yang mengelilingi area hutan, sehingga kamu bisa menikmati pemandangan indah secara leluasa. Di dalam hutannya, kamu akan merasakan kesejukan dan kicauan burung. Air Danau Tahai berwarna merah. Penyebabnya adalah akar-akar pohon di lahan gambut. Di sekitar danau ini banyak terdapat rumah terapung yang disebut rumah lanting.
3. MUSEUM BALANGA
Bicara soal Kalimantan, pastinya nggak akan lepas dari Suku Dayak. Untuk mengenal budaya Suku Dayak, kamu bisa berkunjung ke Museum Balanga. Soalnya, Museum Balanga memiliki berbagai jenis benda yang biasanya digunakan oleh Suku Dayak, seperti Rumah Betang, baju pernikahan, alat untuk prosesi kelahiran, senjata, tempat menyimpan padi, dan alat untuk berbagai ritual upacara.
4. TAMAN WISATA FANTASI BEACH
Bosan kan dengan waterpark yang biasa-biasa aja? Kamu bisa main ke waterpark dengan latar belakang alam, yaitu di Taman Wisata Fantasi Beach. Disebut Fantasi Beach, soalnya alam di sana merupakan danau buatan yang diubah jadi pantai! Kreatif banget kan! Banyak hiburan yang bisa kamu nikmati di sana, selain berenang, antara lain flying fox melintasi danau buatan dengan pasir putih, memancing, main sepeda air, dan lain-lain. Jangan lupa cobain es kelapa muda di sana, ya!
5. PANTAI UJUNG PANDARAN
Pantai Ujung Pandaran berada di Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit. Pantai yang menghadap ke Laut Jawa ini berjarak sekitar 80 km dari Sampit, Ibu Kota Kabupaten Kotim. Pantai dengan pemandangan sunset yang indah biasanya selalu ramai ketika liburan. Selain wisata pantai, Pantai Ujung Pandaran juga menjadi tempat wisata religi, soalnya di sana ada makan seorang ulama yang kerap dikunjungi ummat Muslim dari berbagai daerah di Kalimantan Tengah.
6. Arboretum Nyaru Menteng
Arboretum Nyaru Menteng adalah sebuah kawasan hutan yang di dalamnya terdapat banyak spicies flora dan fauna, yang menjadi objek wisata menarik di kota tersebut ,Di lokasi ini banyak terdapat koleksi kehutanan dengan berbagai jenis seperti tanaman geronggang, meranti, cemara, dan tampan ,terdapat juga proyek reintroduksi sekitar 200 ekor orangutan
Sebagai objek wisata alam yang juga sebagai wilayah konservasi dan penelitian tanaman langka, yang berlokasi di Kelurahan Tumbang Tahay Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya (Km 28 dari Palangkaraya menuju Kabupaten Katingan).
Arboretum Nyaru Menteng dengan luas 65,2 hektare yang merupakan bagian dari bumi perkemahan pramuka adalah kawasan pelestarian plasma nutfah ekosistem hutan rawa di Propinsi Kalteng.
Flora dan Fauna hidup kawasan Arboretum Nyaru Menteng ini adalah jenis-jenis yang tumbuh dalam ekosistem hutan rawa.
Flora dan Fauna hidup kawasan Arboretum Nyaru Menteng ini adalah jenis-jenis yang tumbuh dalam ekosistem hutan rawa.
Jenis pohon yang tumbuh di Arboretum Nyaru Menteng dapat digolongkan ke dalam 43 famili dengan jumlah species sebanyak 139 jenis.antara lain Ramin (Gonistylus bancanus), Meranti rawa (Shorea spp), Mahang (Macaranga maingayi), Geronggang (Cratoxylon arborescens), Makakang (Melastoma sp), Kapur Naga (Dryobalanop sp), Kempas (Koompasia malaccensis), Rengas (Gluta Rengas), Palawan (Tristania maingayi), Belangiran (Shorea balangeran), Punak (Tretramerista glabra). Pohon yang tergolong langka di Arboretum Nyaru Menteng adalah Terentang (Camnospermum sp), Mentibu (Dactylocladus stenostachys), Bintangur (Callophyllum sp), Jelutung (Dyera costulata), Agathis (Agathis sp), Bangkirai (Hopea sp), Gelam Tikus (Melaleuca leucadendron), Jambu-jambu (Eugenia sp) dan Tumih (Combretocarpus rotundotus).
Selain itu terdapat 4 (empat) jenis Kantong Semar yang teridentifikasi di kawasan ini yaitu Nepenthes raffesiana, N. maxima, N. ampullaria dan N. Gracilis.
Jenis-jenis liana antara lain Aglaonema sp, Dianella sp, Cyrtosperma sp, Nephrolepsis sp. Dijumpai juga jenis-jenis Beringin (Ficus sp) mulai dari yang berbentuk semak sampai pohon.
Selain itu terdapat 4 (empat) jenis Kantong Semar yang teridentifikasi di kawasan ini yaitu Nepenthes raffesiana, N. maxima, N. ampullaria dan N. Gracilis.
Jenis-jenis liana antara lain Aglaonema sp, Dianella sp, Cyrtosperma sp, Nephrolepsis sp. Dijumpai juga jenis-jenis Beringin (Ficus sp) mulai dari yang berbentuk semak sampai pohon.
7. SUNGAI KAHAYAN
Sungai Kahayan merupakan salah satu sungai terpanjang di Kalimantan dengan luas 81.648 km persegi. Bentuknya sangat unik karena Sungai Kahayan mirip teluk yang menjulur ke dalam. Alur sungainya yang dalam dan sendimentasi di mulut sungai menyebabkan pendangkalan di sekeliling sungai.
Pemandangan di sekitarnya juga indah, selain itu kamu juga bisa melihat kehidupan Suku Dayak di sana. Untuk menikmati hal tersebut, kamu bisa melakukan wisata susur Sungai Kahayan, di mana kamu bisa menyusuri sungai cantik tersebut dengan perahu
8. RUMAH ADAT BENTANG
Rumah Adat Betang dibangun oleh Suku Dayak dengan ciri bentuk bangunan yang panjang dan besar. Desain tersebut dibuat agar rumah terhindar dari banjir. Soalnya, kebanyakan rumah Suku Dayak dibangun dekat sungai. Selain itu, agar penghuni rumah aman dari serangan binatang buas. Ukurannya yang besar juga memudahkan rumah ini menampung banyak orang, sehingga mudah membuat pertemuan.
9. TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA-BUKIT RAYA
10. TUGU SOEKARNO PALANGKARAYA
Untuk mengetahui sejarah Kota Palangkaraya, kamu bisa mengunjungi Tugu Soekarno yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 17 Juli 1957. Dari awal, sebenarnya, Palangkaraya sudah disiapkan oleh Soekarno sebagai calon Ibu Kota Indonesia. Tugu Soekarno terdiri dari 17 pilar yang berarti senjata untuk berperang, sesuai dengan hari Kemerdekaan Indonesia. Sedangkan tugu apinya melambangkan api yang tak kunjung padam. Dan segi lima bentuk tugu melambangkan Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.
BUDAYA
Suku Dayak ( Dajak atau Dyak) adalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan). Ada 5 suku atau 7 suku asli Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau dan Tidung. Suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu suku Banjar, suku Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak dan non Banjar). Istilah "Dayak" paling umum digunakan untuk menyebut orang-orang asli non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau itu. Ini terutama berlaku di Malaysia, karena di Indonesia ada suku-suku Dayak yang Muslim namun tetap termasuk kategori Dayak walaupun beberapa di antaranya disebut dengan Suku Banjar dan Suku Kutai.
Tradisi yang ada di Kalimantan Tengah berupa upacara ritual secara umum dibagi menjadi dua bagian yaitu ritual kehidupan dan kematian. Dari semua upacara ritual tersebut dikenal lima upacara yang bersifat besar dan melibatkan banyak orang serta dana yang tidak sedikit.
Suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng) mengenal lima ritual besar. Lima ritual besar Suku Dayak di Kalteng antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tiwah
Tiwah merupakan upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga Dayak. Upacara Tiwah adalah upacara kematian yang biasanya digelar atas seseorang yang telah meninggal dan dikubur sekian lama hingga yang tersisa dari jenazahnya dipekirakan hanya tinggal tulangnya saja.
Ritual Tiwah bertujuan sebagai ritual untuk meluruskan perjalanan roh atau arwah yang bersangkutan menuju Lewu Tatau (Surga - dalam Bahasa Sangiang) sehingga bisa hidup tentram dan damai di alam Sang Kuasa.
Selain itu, Tiwah Suku Dayak Kalteng juga dimaksudkan oleh masyarakat di Kalteng sebagai prosesi suku Dayak untuk melepas Rutas atau kesialan bagi keluarga Almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa.Bagi Suku Dayak, sebuah proses kematian perlu dilanjutkan dengan ritual lanjutan (penyempurnaan) agar tidak mengganggu kenyamanan dan ketentraman orang yang masih hidup. Selanjutnya, Tiwah juga bertujuan untuk melepas ikatan status janda atau duda bagi pasangan berkeluarga.Pasca Tiwah, secara adat mereka diperkenakan untuk menentukan pasangan hidup selanjutnya ataupun tetap memilih untuk tidak menikah lagi.
2. Pakanan Sahur Lewu Dayak.
Upacara "Pakanan Sahur Lewu" Suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan satu dari lima macam upacara ritual besar khas Suku Dayak Kalteng. "Pakanan" berarti memberikan persembahan berupa sesajen kepada para leluhur atau orang-orang suci. "Sahur" diartikan sebagai leluhur atau dewa yang dipercaya menjaga kehidupan manusia, memberikan kesehatan, keselamatan, perdamaian, berkah dan anugerah bagi yang percaya kepada-Nya. "Lewu" sendiri dalam bahasa Indonesia adalah berarti kampung atau desa tempat bermukimnya suatu penduduk pada sebuah wilayah.
Dengan demikian, Pakanan Sahur Lewu Dayak berarti memberikan sesajen kepada para leluhur atau para dewa yang melindungi warga desa atau kampung sebagai tanda terimakasih atas berkat dunia. Lewat ritual Pakanan Sahur Lewu Dayak ini diharapkan masyarakat luas dapat hidup tentram, rukun dan damai serta mendapatkan rejeki berlimpah dalam mengarungi hidup. Upacara ritual yang disebut Pakanan Sahur Lewu bagi Suku Dayak ini biasanya dilakukan secara berkala sekali dalam setahun. Umumnya Pakanan Sahur Lewu digelar setelah panen berladang atau sawah dan bertepatan dengan tahun baru kalender Dayak, yakni sekitar Bulan Mei dalam hitungan Kalender Masehi.
Upacara Pakanan Sahur Lewu biasanya dipimpin oleh tokoh Agama Kaharingan (agama orang dayak) yang dalam bahasa setempat disebut sebagai Basir. Kendatipun kegiatan ini umumnya dilakukan oleh penganut Agama Kaharingan, namun tujuannya juga menyengkut kepentingan orang banyak. Oleh karena itu, dewasa ini acara Pakanan Sahur Lewu juga sering mengikutsertakan tokoh dan kelompok agama lain.
Selain sebagai sarana untuk menyampaikan ucapan syukur pada Sang Kuasa, Pakanan Sahur Lewu juga dimaksudkan sebagai wadah untuk menjalin semangat persaudaraan dan kegotong-royongan antar sesama warga dan pemeluk agama.
3. Ritual Nahunan
Merupakan upacara khas suku Dayak Kalimantan yakni upacara memandikan bayi secara ritual menurut kebiasaan suku Dayak Kalimantan Tengah. Maksud utama dari pelaksanaan Nahunan adalah prosesi pemberian nama sekaligus pembaptisan menurut Agama Kaharingan(agama orang dayak asli dari leluhur) kepada anak yang telah lahir.
Upacara Nahunan sendiri berasal dari kata "Nahun" yang berarti Tahun. Dengan demikian, ritual ini umumnya digelar bagi bayi yang telah berusia setahun atau lebih. Prosesi pemberian nama dianggap oleh masyarakat Dayak sebagai sebuah prosesi yang merupakan hal sakral, karena alasan tersebut digelarlah upacara ritual Nahunan.
Hasil pilihan nama anak tersebut lantas dikukuhkan menjadi nama aslinya. Selain sebagai sarana pemberian nama kepada anak, Nahunan juga dimaksudkan sebagai upacara membayar jasa bagi bidan yang membantu proses persalinan hingga si anak dapat lahir dalam keadaan selamat.
Upacara Ritual Nahunan merupakan salah satu diantara "Lima Ritual Besar Suku Dayak Kalteng" selain beberapa ritual lainnya seperti Upacara Ritual Dayak Pakanan Batu dan Upacara Adat Dayak Manyanggar.
Masyarakat Dayak khususnya Dayak di Pedalaman, hingga kini masih tetap setia melestarikan asset budaya ini sebagai kekayaan khasanah budaya bangsa Indonesia, selain untuk menghargai warisan leluhur, Suku Dayak meyakini jika keseimbangan antara Manusia, Alam dan Sang Pencipta merupakan suatu hubungan sinergis yang harus senantiasa tetap terjaga.
4. Upacara Adat Dayak Manyanggar.
Istilah Manyanggar berasal dari kata "Sangga". Artinya adalah batasan atau rambu-rambu. Upacara Manyanggar Suku Dayak kemudian diartikan sebagai ritual yang dilakukan oleh manusia untuk membuat batas-batas berbagai aspek kehidupan dengan makhluk gaib yang tidak terlihat secara kasat mata.
Ritual Dayak bernama Manyanggar ini ditradisikan oleh masyarakat Dayak karena mereka percaya bahwa dalam hidup di dunia, selain manusia juga hidup makhluk halus. Perlunya membuat rambu-rambu atau tapal batas dengan roh halus tersebut diharapkan agar keduanya tidak saling mengganggu alam kehidupan masing-masing serta sebagai ungkapan penghormatan terhadap batasan kehidupan makluk lain. Ritual Manyanggar biasanya digelar saat manusia ingin membuka lahan baru untuk pertanian,mendirikan bangunan untuk tempat tinggal atau sebelum dilangsungkannya kegiatan masyarakat dalam skala besar.
Melalui Upacara Ritual Manyanggar, apabila lokasi yang akan digunakan oleh manusia dihuni oleh makhluk halus (gaib) supaya bisa berpindah ke tempat lain secara damai sehingga tidak mengganggu manusia nantinya.
5.Upacara Ritual Dayak Pakanan Batu
Adalah ritual tradisional yang digelar setelah panen ladang atau sawah. Upacara Suku Dayak bernama Pakanan Batu ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada peralatan yang dipakai saat bercocok tanam sejak membersihkan lahan hingga menuai hasil panen.
Benda atau barang dituakan dalam ritual dayak ini adalah batu. Benda ini dianggap sebagai sumber energi, yaitu menajamkan alat-alat yang digunakan untuk becocok tanam. Misalnya untuk mengasah parang, balayung, kapak, ani-ani atau benda dari besi lainnya.
Selain memberikan kelancaran pekerjaan, bagi para pemakai peralatan bercocok tanam danberladang, batu dianggap pula telah memberikan perlindungan bagi si pengguna peralatan sehingga tidak luka atau mengalami musibah saat membuka lahan untuk becocok tanam.
6. Ritual Pernikahan Dayak Ngaju Kalimantan Tengah
Adapun Acara Adat Penganten Mandai ini merupakan Tradisidilaksanakan oleh Suku Dayak Ngaju mengingat nilai- nilai religius yang di dapat dari nenek moyang terdahulu dengan diringi Tarian giring-giring. Mangalindap Punei ataupun Manasai. Tarian Mangalindap Punei artinya Sebuah Tarian untuk menyambut mempelai pria dan membuka lawang kuwu (mempelai wanita yang di pingit sebelum di jemput untuk disandingkan dengan mempelai pria) sehingga dipertemukanya antaramempelai wanita dan pria tersebut. Tarian mangalindap punei ini merupakan tarian pada umum nya dilaksanakan dalam prosesi Acara Adat Penganten Mandai guna mempertemukan kedua mempelai untuk disandingkan di atas pelaminan serta merupakan sebuah bentuk tarian yang membentuk suatu ikatan tali persaudaraan antar kedua belah pihak keluarga mempelai. Acara adat penganten Mandai ini juga dipimpin oleh masing- masing 2 (dua) orang Mantir Adat (Rohaniawan AgamaKaharingan/orang yang dituakan dari Pihak mempelai pria dan mempelai wanita dalam proses pemberkatan nikah dan Tapung Tawar (Pemeberkatan mempelai).
Disamping itu juga mempelai pria harus didampingi oleh orang tua atau wali, keluarga dekat minimal 9 (sembilan)pasang suami istri yang berjumlah 18 (delapan belas) orang serta Pengiring untuk mempelai pria 2 (dua) orang. Begitu pula untuk mempelai wanita harus didampingi oleh orang tua atau wali, keluarga dekat minimal 9 (sembilan) pasang suami istri yang berjumlah 18 (delapan belas) orang serta Pendamping untuk mempelai pria 2 (dua) orang.
Didalam proses acara adat Penganten Mandai ini terdapat prosesi Pantan Laway/Lawang Sakepeng yaitu proses membuka suatu halangan yang dibuat guna kedua mempelai mampu mengahadapi segala rintangan dan cobaan dalam kehidupan. Kemudian Mamapas Dahiyang, yaitu proses adat untukmengusir hal-hal yang tidak diinginkan. Selanjutnya Tingak Ajar, yaitu Pemberian Petuah-petuahuntuk kedua mempelai sehingga selalu diberkati dan dilindungi oleh Ranying Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa) dalam mengarungi bahtera rumah Tangganya.
Penutup dari dari acara adat Penganten Mandai ini dilakukannya prosesi doa-doa untuk kedua mempelai sekeluarga dan undangan yang menghadiri, sebagai suatu ungkapan rasa syukur kepada Ranying Hatalla Langit sehingga dapat bersatunya kedua mempelai dalam suatu ikatan tali pernikahan yang tidak hanya mempersatukan keduanya tetapi juga seluruh keluarga dari kedua mempelai.
PAKAIAN ADAT
Busana Kulit Kayu
Dalam kesehariannya suku Dayak Ngaju banyak memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan kulit kayu siren atau kulit nyamu sebagai bahan pembuatan pakaian. Kulit kayu yang diperoleh dari pohon yang keras ini, kemudian diproses dengan cara ditempa menggunakan alat pemukul berupa kayu sampai lemas menyerupai kain, barulah setelah itu dipotong untuk membuat baju dan celana.
Busana suku Dayak Ngaju dibuat dengan model yang sangat sederhana yakni berupa rompi unisex (sangkarut) tanpa hiasan apapun dan semata-mata hanya difungsikan untuk menutupi badan saja. Pemakaian rompi ini dipadukan dengan celana berupa cawat yang pada bagian depannya ditutup lembaran kain nyamu berbentuk persegi panjang yang diberi nama ewah. Lambat laun masyarakat Dayak Ngaju mulai membubuhkan warna dan corak hias yang diilhami oleh keyakinan dan mitologi yang berkembang dimasyarakat untuk mempercantik busana mereka.
Busana Jalinan Serat Alam
Pada perkembangannya masyarakat Dayak Ngaju mulai mengembangkan keterampilan menjalin serat alam yang konon diperkenalkan oleh orang-orang Bugis. Kulit kayu yang mulanya diolah dengan cara ditempa kini dikembangkan menjadi serat halus yang diproses dengan cara dicelup mengunakan bahan pewarna alam sehingga terciptalah benang yang beraneka warna. Suku Dayak Ngaju pun lalu menciptakan alat penjalin untuk “merangkai” serat demi serat menjadi bentangan kain sebaai bahan dasar pembuatan busana untuk baju, celana, ikat kepala, dan kelengkapan lainnya.
Tidak hanya terbatas pada kulit kayu saja mereka kemudian melirik rotan, jenis rerumputan, akar tumbuhan untuk diolah menjadi benang sehingga “kain” yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Temuan-temuan baru tersebut kemudian dikembangkan lagi secara kreatif oleh para perancang busana masyarakat Dayak Ngaju sehingga terciptalah busana-busana indah yang memadukan kulit kayu, jalinan serat alam, serta aplikasi manik-manik dari logam, keramik dan arguci yang diperkenalkan oleh orang Cina dan India sebagai pelengkap acessories yang sebelumnya telah dibuat masyarakat Ngaju dari biji-bijian, kayu, dan tulang.
Busana Kain Tenun Halus
Dari penggunaan kulit kayu, dan serat alam kemudian berkembanglah kain tenun halus dikalangan masyarakat Dayak Ngaju. Kain tenun halus terlahir dari kreatifitas penenun masyarakat Ngaju yang banyak mendapat pengaruh dari para pedagang Gujarat dan India yang datang ke Nusantara dengan membawa serta kain-kain tenun halus dari serat kapas atau sutra sebagai barang dagangan. Hampir seluruh pakaian adat tradisional suku Ngaju yang beredar sekarang ini dibuat dari kain tenun halus serat kapas atau sutra dengan tetap mempertahankan corak hias dan modelnya yang tidak bergeser jauh dari bentuk asalnya.
Sampai saat ini pakaian adat suku Dayak Ngaju yang berasal dari pengembangan busana tradisonal masa lampau masih banyak dikenakan pada upacara pernikahan sebagai busana pengantin, acara-acara adat, kostum tari-tarian, dan kebanyakan dibuat dari kain beludru, satin, atau sutra. Semoga bermanfaat.
RUMAH TRADISIONAL , SENJATA TRADISIONAL DAN TARIAN
Rumah Betang
Bentuk dan besar rumah betang bervariasi. Ada rumah betang yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hinggaa 30 meter. Umumnya, rumah betang dibangundengan bentuk panggung dengan ketinggian 3-5 meter dari tanah.
Mandau
Mandau merupakan senjata tradisional suku Dayak, semacam golok dan berbentuk panjang, terbuat dari bahan pilihan yang diambil dari batu gunung yang mengandung besi. Hiasan senjata ini berupa bulu burung enggang atau rambut manusia, ditaruh di hulu mandau yang terbuat dari tanduk atau kayu.
Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat.
KULINER
JUHU UMBUT ROTAN
Pulau Kalimatan yang sebagian besar alamnya didominasi oleh hutan tropis ternyata mempunyai pengaruh terhadap khazanah perkulinerannya. Jika selama ini kamu pernah mendengar rebung, di Kalimantan, tepatnya di kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, juga terdapat makanan sejenis rebung yang bernama juhu umbut rotan. Bahan yang digunakan sama seperti rebung yakni rotan yang masih muda.
Juhu umbut rotan adalah makanan khas Kalimantan Tengah yang menggunakan ujung rotan yang masih muda. Proses pembuatan makanan tradisional ini membutuhkan tenaga ekstra pada saat menghilangkan duri-duri yang mengitari batang rotan. Rotan kemudian dipotong kecil-kecil dan diberi bumbu rempah tertentu. Umbu rotan bisa dimasak bersama santan ataupun tidak. Penyajian umbu rotan dilakukan bersama kuliner lain seperti ikan patin atau nila bakar.
KERIPIK KALAKAI
Nenek moyang masyarakat keturunan Dayak yang menetap di Kalteng pada zaman dulu hidup harmonis dengan alam. Hutan telah menjadi sumber penghidupan bagi mereka sehingga tak jarang flora yang terdapat di dalam hutan dimanfaatkan untuk kebutuhan perut oleh mereka. Tanaman kelakai adalah salah satu tanaman yang telah alam dimanfaatkan oleh masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah.
Tanaman kelakai dipercaya mampu mengobati diare, menambah darah, dan menjaga kulit awet muda. Kelakai biasanya diolah menjadi kuliner sejenis camilan, semisal keripik. Keripik kelakai adalah makanan khas Kalimantan Tengah yang dibuat oleh suku Dayak dengan memanfaatkan bagian daunnya yang masih muda. Daun kelakai kemudian dibaluri adonan tepung bumbu dan digoreng pada minyak panas. Keripik kelakai yang sudah jadi mempunyai rasa yang gurih dan teksturnya sangat renyah di mulut.
KALUMPE
Kalumpe adalah makanan khas suku Dayak di Kalimantan Tengah. Sayur kalumpe secara tampilan sangat mirip dengan sayur daun singkong yang lazim ditemui di dataran Jawa dan sekitarnya. Sayur khas Kalimantan Selatan ini juga terbuat dari daun singkong. Bedanya kalumpe dengan sayur daun singkong pada umumnya adalah daun singkongnya yang ditumbuk halus sebelum diolah dan disajikan.
Kalumpe atau karuang juga mengandung kuah kental yang terbuat dari campuran bumbu rempah seperti bawang putih, bawang merah, serai, lengkuas, kayu manis, dan cabai. Untuk menambah cita rasa, masakan ini diberi pelengkap berupa terong kecil atau terong pipit. Setelah kalumpe jadi biasanya tidak langsung disajikan, melainkan diberi taburan kacang tanah dan ikan teri terlebih dahulu. Kalumpe oleh masyarakat Kalteng dimakan bersama nasi hangat dan sambal terasi.
TERONG MAPUI
Masih mengulas tentang kuliner khas Kalimantan Selatan yang dibuat oleh masyarakat keturunan Dayak, kali ini ada terong mapui. Apa itu terong mapui? Tentu makanan satu ini terdengar sangat asing untuk mereka yang belum pernah menginjakkan kaki ke Kalimantan. Terong mapui adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar terong ungu berukuran cukup besar.
Terong kemudian diolah dengan cara dibakar hingga bagian kulit serta dagingnya matang dan lembek. Setelah itu terong kemudian dibaluri bumbu yang terbuat dari campuran cabai rawit, terasi, garam, dan serai. Terong mapui biasa dihidangkan sebagai lauk pendamping menu utama berupa ikan bakar dan nasi hangat. Cita rasa dari terong mapui yang pedas, asam, dan manis akan menambah rasa nikmat saat menyantap ikan bakar.
JUHU KUJANG
Juhu kujang adalah masakan khas Kalimantan Tengah yang berbahan dasar keladi. Untuk kamu yang tidak tahu, keladi adalah tanaman berjenis terna yang daunnya lebar dan berumbi yang banyak hidup di alam liar. Tanaman keladi telah lama digunakan oleh masyarakat untuk obat-obatan herbal serta bahan membuat masakan tertentu, seperti juhu kujang.
Juhu kujang atau gulai keladi menggunakan tanaman keladi yang sudah diolah sebelumnya. Tujuan pengolahan tersebut adalah untuk mengusir rasa gatal yang bisa timbul saat dimasak dan dihidangkan. Selain keladi, juhu kujang juga mengandung bahan tambahan seperti ikan yang sudah tercampur dengan bumbu-bumbu, santan kelapa, dan daun nangka muda yang dipotong kecil-kecil.
KUE GAGATAS
Kue gagatas atau kue getas adalah kue tradisional yang terbuat dari beras ketan. Dahulu penduduk Kalteng banyak yang memakan kue gagatas saat terjadi paceklik. Selain di Kalimantan, kue getas juga bisa ditemui di kota Surabaya dan sekitarnya. Kue satu ini banyak dijual di pasar tradisional sebagai jajanan atau camilan. Harga pasaran kue gagatas juga sangat ramah di kantong sehingga tak heran jika kue ini memiliki banyak peminat.
Kue gagatas mempunyai bentuk lonjong menyerupai telur. Meski demikian, ada juga pembuat yang membentuk kuenya lonjong agak pipih dan di bagian luarnya terdapat lapisan gula sehingga menimbulkan daya pikat tersendiri dari kue ini. Kue gagatas banyak disantap oleh [bukan hanya] penduduk Kalteng sebagai camilan menanti senja.
Hampir semua makanan khas Kalimantan Tengah lahir lewat tangan penduduknya yang berasal dari tiga suku berbeda, yakni Banjar, Dayak, dan Jawa [terutama dari suku Dayak]. Apabila kamu berencana untuk menjadikan Kalteng sebagai obyek tujuan wisata ketika momen libur tiba, jangan lupa untuk menyicip beberapa kuliner asal Kalimantan Tengah yang telah tercantum pada daftar tersebut di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar